Mp3

Jumat, 29 April 2016

PENENTUAN HARGA POKOK DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN " Akuntansi Biaya II "

PENENTUAN HARGA POKOK DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN





Nama kelompok :
1.      Ade Dwi Krestiarto
2.      Heni anggraeni (14030147)
3.      Nur Afni F
4.      Saidah (14030148)
                                                     
                                                      Dosen pembimbing :
                                                      Yusri Anis

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
Jln. Mataram No.9 Pesurungan Lor Tegal
                                    Telp.(0283)352000







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI         ................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 3
A.    LATAR BELAKANG.............................................................................................. 3
B.     RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 4
A.    PENGERTIAN DAN KONSEP METODE HARGA POKOK PESANAN.......... 4
B.     REKENING KONTROL & REKENING PEMBANTU........................................ 6
C.     KARTU HARGA POKOK (JOB ORDER COST SHEET).................................... 7
D.    METODE HARGA POKOK PESANAN............................................................... 7
E.     PENGUMPULAN BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING & VARIABEL COSTING............................................................................................... 11
F.      PERBEDAAN FULL COSTING & VARIABEL COSTING.................................... 16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 17
A.    KESIMPULAN......................................................................................................... 17
B.     KRITIK & SARAN.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 18




BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan mengumpulkan harga pokok produknya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method). Dalam metode ini biaya – biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok per-satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Siklus akuntansi biasa dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahana dagang dimulai dengan pembelian barang dagang dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut – diakhiri dengan penjualan kembali barang dagangan tersebut. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok barang dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajian harga pokok barang dagangan yang dijual. Tujuan akuntansi biaya dalam perusahaan adalah untuk menyajikan informasi harga pokok barang dagangan yang dijual, biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Pada siklus kegiatan perusahaan jasa dimulai dengan persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan penyerahan jasa kepada pemakainya. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan biaya persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan disajikannya harga pokok jasa yang diserahkan. Akuntansi biaya dalam perusahaan jasa bertujuan untuk menyajikan informasi harga pokok per-satuan jasa yang diserahkan kepada pemakai jasa.
Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku dibagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja lansung dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. Akuntansi dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk meyajikan informasi harga per-satuan produk jadi yang diserahkan ke bagian gudang.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka terdapat beberapa rumusan masalah yang dimunculkan, yaitu:
1.      Apakah pengertian dan konsep metode harga pokok pesanan (full costing)?
2.      Apakah karateristik metode harga pokok pesanan (full costing & variabel costing)?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Konsep Metode Harga Pokok Pesanan
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
Pengertian dari metode harga pokok pesanan full costing adalah dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan dimana biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, metode harga pokok pesanan full costing adalah suatu system akuntasi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik.

            Siklus akuntasi biaya dapat pula digambarkan melalui hubungan rekening-rekenung buku besar,dalam buku besar dibentuk rekening-rekening berikut ini:
·         Barang dalam proses : digunakan dalam mencatat biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik(debit) dan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke bagian gudang.
·         Persediaan bahan baku : digunakan untuk mencatat harga pokok bahan baku yang dibeli(debit), dan harga pokok bahan baku yang didalam produksi(kredit)
·         Gaji dan upah : rekening ini merupakan rekening antara (clearing account) yang digunakan untuk mencatat utang gaji dan upah dan upah langsung yang digunakan untuk mengolah produk.
·         Biaya overhead pabrik yang dibebankan : digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka.
·         Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya : digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnay terjadi.
·         Persediaan produk jadi : digunakan untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer dari bagian produksi ke bagian gudang dan harga pokok produk jadi yang dijual.
·         Persediaan produk dalam proses : digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang pada akhir periode masih dalam proses.

karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan metode harga pokok pesanan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan dari luar atau dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah :
1.      Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya.
2.      Produk dihasilkan sesuai dengan spesifkasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain.
3.      Produksi ditujukan umtuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang.

Karakteristik metode harga pokok pesanan
1.      Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.
2.      Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini; biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
3.      Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.
4.      Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5.      Harga pokok produksi perunit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi, dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan unit produk yang dihasilkan pesanan yang bersangkutan.

Ciri khusus harga pokok pesanan :
·         Tujuan produksi perusahaan adalah untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pesanan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
·         Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan realtif teliti dan adil.
·         Biaya produksi dibagi 2 jenis yaitu : Biaya langsung (direct cost) meliputi biaya bahan baku (raw material) dan biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) yang dihitung berdasarkan biaya sebenarnya. Dan Biaya tidak langsung (indirect cost) meliputi biaya produksi diluar biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak langsung yang dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
·         Harga pokok pesanan untuk setiap pesanan dihitung pada waktu pesanan selesai diproduksi.
·          Harga pokok satuan ditetapkan dengan cara membagi total biaya suatu pesanan yang bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan.


B.     REKENING KONTROL DAN REKENING PEMBANTU
Rekening kontrol menampung data yang bersumber dari jurnal, sedangkan rekening pembantu digunakan untuk menampung data yang bersumber dari dokumen sumber.
Rekening pembantu atau Subsidiary Account dikontrol ketelitiannya dengan menggunakan rekening kontrol (Controlling Account) di dalam buku besar. Rekening kontrol menampung data yang bersumber dari jurnal sedangkan rekening pembantu digunakan menampung data yang bersumber dari rekening sumber.
Rekening kontrol ialah (adalah) rekening yang dapat digunakan untuk mengawasi saldo-saldo dalam buku pembantu. Rekening kontrol terdiri dari elemen utama akuntansi seperti Kas, Piutang, Aktiva tetap, Utang, Modal dll.
Sedangkan rekening pembantu ialah (adalah) artinya catatan akuntansi akhir (book of final entry),  yang berarti tidak ada catatan akuntansi lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu. Buku besar dan buku pembantu disebut sebagai catatan akhir  karena setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut proses akuntansi selanjutnya,  penyajian laporan keuangan, dan pencatatan ke dalam catatan akuntansi.


Rekening Kontrol                                                         Rekening Pembantu
Persediaan bahan baku                                                   Kartu persediaan
Persediaan bahan penolong                                            Kartu persediaan
Barang dalam proses                                                      Kartu harga pokok
 Biaya overhead pabrik sesungguhnya                           Kartu biaya
Biaya administrasi dan umum                                        Kartu biaya
Biaya pemasaran                                                            Kartu biaya
Persediaan produk jadi                                                  Kartu persediaan
Untuk mencatat biaya produksi didalam buku besar dibentuk rekening control barang dalam proses.Untuk mencatat biaya nonproduksi dalam buku besar dibentuk rekening control biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran. Rekening biaya pemasran digunakan untuk menampung biaya yang terjadi dalam fungsi pemasran, sedangkan rekening biaya administrasi dan umum digunakan untuk menampung biaya yang terjadi difungsi administrasi dan umum.
C.    KARTU HARGA POKOK ( JOB ORDER COST SHEET)
Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga pokok pesanan, Kartu harga pokok berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk, biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu, dan biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut, biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu
D.    METODE HARGA POKOK PESANAN
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
v  Prosedur Akuntansi Biaya pada metode Harga Pokok Pesanan
Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies.
2.      Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
3.      Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.
4.      Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
5.      Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Berikut ini akan dibahas per prosedur, sesuai dengan urutan yang telah disebutkan diatas.
1.      Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies
Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies meliputi prosedur pembelian sampai dengan pemakaian bahan dan supplies di dalam pabrik.
2.      Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun bagian non produksi.
3.      Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek.untuk keadilan dan ketelitian pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik sebagai berikut:
a.       Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan
Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal pembebanan BOP dan dimasukkan ke dalam Kartu Harga Pokok Pesanan.
            Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik         xx
                        Biaya Overhead Pabrik Dibebankan                           xx
b.      Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
4.      Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
Jika pesanan telah selesai di produksi, maka jurnal yang dibuat sbb:
      Persediaan Produk Selesai                                                      xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku                              xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung           xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik                      xx
Jika pada akhir periode masih ada pesanan yang belum selesai, maka jurnalnya adalah:
      Persediaan Produk dalam Proses                                            xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku                              xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung           xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik                      xx
5.      Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnal penjualan barang adalah:
      Piutang Dagang/ Kas                                                              xx
                  Penjualan                                                                                 xx
      Harga Pokok Penjualan                                                           xx
                  Persediaan Produk Selesai                                                      xx

v  Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode Harga Pokok Pesanan
Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan timbul sisa bahan, produk rusak, maupun produk cacat.Bagi manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat menekan timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah mungkin. Berkut ini dibahas tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:
1.      Sisa Bahan
Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan produk, yang disebut sisa bahan. Sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali dalam perusahaan.
Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua:
a)      Sisa bahan yang tidak laku dijual
(1)   Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya pembuangan atau pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen biaya bahan baku pesanan yang bersangkutan.
(2)   Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya tersebut dapat diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.
b)      Sisa bahan yang laku dijual
(1)   Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena pengolahan pesanan tertentu, hasil sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku atau pengurang biaya keseluruhan biaya produksi pesanan yang bersangkutan.
c)      Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain

2.      Produk Rusak
Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik, meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk yang rusak dapat digolongkan menjadi dua:
a.       Produk rusak yang tidak laku dijual
Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab timbulnya produk rusak:
(1)   Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka harga pokok produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan produk rusak, sehingga harga pokok produksi per unit produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada tambahan jurnal yang harus dicatat.
(2)   Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu perusahaan,maka harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya.
(3)   Apabila produk rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan, maka harga pokok produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang harus dicacat adalah:
b.      Produk rusak yang laku dijual
Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku dijual:
(1)   Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, rugi atas penjualan produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang bersangkutan. Karena sebagian pesanan akan mengalami rusak, dalam pengolahan pesanan harus dimasukkan jumlah yang lebih besar dibanding dengan jumlah yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:
 (2)   Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di dalam suatu perusahaan, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya. (3)   Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak.
3.      Produk cacat
Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik. Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:
(1)   biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan tertentu. Metode ini digunakan apabila penyebab produk cacat karena sulitnya pengerjaan produk.
(2)   Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan sebagai penambah biaya overhead sesungguhnya. Metode ini digunakan apabila produk cacat sifatnya normal terjadi dalam perusahaan.
(3)   Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen Rugi produk cacat. Metode ini digunakan jika produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan.

v  manfaat informasi harga pokok produksi per-pesanan
1.      Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
Definisi biaya ialah seumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang dikeluarkan untuk tujuan tertentu dan biaya mencakup pula biaya yang akan datang yang akan dikorbankan untuk tujuan tertentu.
Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergsntung pada spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.
2.      Mempertimbangkan penerimaan atau penerimaan pesanan.
Adakalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk di pasar, sehinggan keputusan yang perlu dilakukan adalah menerima atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan keputusan tersebut, manajemen perlu informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima tersebut. Tanpa memilikiminformasi total harga pokok pesanan perusahaan tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta dapat mendatangkan laba atau tidak.
3.      Memantau realisasi biaya produksi.
Informasi taksiran biaya produksi bermanfaat sebagai salah satu dasar untuk mempertimbangkan diterima tidaknya suatu pesanan dan untuk memantau apakah proses produksi untuk memenuhi pesenana tertentu menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
4.      Menghitung laba atau rugi setiap pesanan.
Metode harga pokok pesanan digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk setiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau bruto tiap pesanan.
5.      Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
Manajemen perlu menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba-rugi, manajemen juga perlu mencatat biaya produksi tiap pesanan. Dengan demikian manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai produksi namun pada tanggal neraca belum diserahkan pada pemesan.

E.     PENGUMPULAN BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING & VARIABEL COSTING

Ø  Pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harag pokok pesanan dipendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi:
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penetuan harga pokok produksi adalah full costing. Untuk mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas pesanan yang bersangkutan.
1.      Pembelian bahan baku dan bahan penolong : pada tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong sbb:
Bahan baku:
Kertas jenis X                   85 ream @Rp10.000             Rp850.000
Kertas jenis Y                   10 roll @Rp350.000              Rp3500.000
Tinta jenis A                      5 kg @Rp100.000                 Rp100.000
Tinta jenis B                      25 kg @Rp25.000                 Rp625.000
Jumlah bahan baku yang dibeli                                       Rp5.475.000

Bahan penolong
Bahan penolong P             17 kg @Rp10.000                 Rp170.000
Bahan penolong Q            60 liter @Rp5.000                 Rp300.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli                                Rp470.000
Jumlah total                                                                     Rp5.945.000
Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh bagian pembelian. Bahan tersebut kemudian disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses produksinya untuk memenuhi pesanan tersebut.
2.      Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi.
Bahan baku untuk pesanan #101:
Kartu jenis X                     85 roll @Rp10.000                 Rp850.000
Tinta jenis A                      5 kg @Rp100.000                   Rp100.000
Jumlah bahan baku untuk pesan #101                              Rp1.350.000

Bahan baku untuk pesanan #102
Kertas jenis Y                   10 roll @Rp350.000               Rp3.500.000
Tinta jenis B                      25 kg @Rp25.000                   Rp625.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan #102                           Rp4.125.000
Jumlah bahan baku yang dipakai                                      Rp5.475.000

Bahan penolong
Bahan penolong P             10 kg @Rp10.000                   Rp100.000
Bahan penolong Q            40 kg @Rp5.000                     Rp200.000
Jumlah bahan penolong                                                     Rp300.000

      Pencatatn pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan mendebit rekening barang dalam proses dan mengkredit rekening persediaan bahan baku atas dasar dokumen bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.

3.      Pencatatan biaya tenaga kerja
Dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung denagn upah tenaga tidak langsung. Upah tenaga kerja langsung dicata t dengan mendebet rekening barang dalam proses,dandicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Upah tenaga kerja tidak langsung dicatat dengan mendebet rekening biaya overhead pabrik ssungguhnya.
Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut:
a)      Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
Atas dasar daftar gaji dan upah yang dibuat, jurnal yang dibuat untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan adalah sbb:
Jurnal #
Gaji dan Upah                         Rp20.400.000
            Utang gaji dan Upah               Rp20.400.000
b)     Pencatatan distribusi tenaga kerja
·         Biaya tenaga kerja langsung: dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dengan mendebit rekening barang dalam proses dan mencatatnya dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
·         Biaya tenaga kerja tidak langsung: merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dan dicatat sebagai unsur biaya overhead  pabrik serta didebitkan dalam rekening biaya overhead panrik sesungguhnya.
·         Biaya tenaga kerja nonproduksi: unsur biaya nonproduksi dan dibebankan kedalam rekening kintrol biaya administrasi dan umum atau biaya pemasaran.
Jurnal #
Biaya dalam proses biaya tenaga kerja langsung Rp5.900.000
Biaya onerhead pabrik sesungguhnya                  Rp3000.000
Biaya administrasi dan umun                                Rp4.00.000
Biaya pemasaran                                                   Rp7.500.000
      Gaji dan Upah                                                             Rp20.400.000
c)      Pencatatan Pembayaran gaji dan upah
Jurnal #
Utang gaji dan Upah               Rp20.400.000
            Kas                                          Rp20.400.000

d)     Pencatatan biaya overhead pabrik:
Tarif biaya overhead pabrik yang dibebankan dimuka dihitung pada awal tahun anggaran,berdasarkan angka anggaran biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebit rekening kontrol biaya overhead pabrik sesungguhnya.
e)      Pencatatan harga pokok produk jadi: pesanan yang telah selesai diproduksi ditransfer ke bagian gudang oleh bagian produksi. Harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi ini dapat dihitung dari innformasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.

f)       Pencatatan harga pokok produk dalam proses: pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi. Biaya yang telah keluar untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Kemudian dibuat jurnal untuk mencatat persediaan produk dan mengkredit rekening barang dalam proses.
Jurnal #
Persediaan barang dalam proses                    Rp16.625.000
           Barang dalam proses-biaya bahan baku                                  Rp4.125.000
           Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung      Rp5000.000
           Barang dalam proses-biaya overhead pabrik              Rp7.5000.000

g)      Pencatatn harga pokok produk yang dijual: hharga pokok produk yang diserahkan kepda pemesan dicatat dalam rekening harga pokok penjualan dan rekening persediaan produk jadi.
Jurnal #
Harga pokok penjualan                      Rp3.600.000
           Persediaan produk jadi                       Rp3.600.000

h)     Pencatatan pendapatan penjualan produk: pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk kepda pemesan dicatat dengan mendebet rekening piutang dagang dan mengkredit rekening hasil penjuala.
Jurnal #
Piutang dagang          Rp4.500.000
           Hasil penjualan                        Rp4.500.000


Ø  Pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harag pokok pesanan dipendekatan Variabel costing dalam penentuan harga pokok produksi:
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”15)
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Biaya produksi menurut metode variabel costing terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik tetap diperhiungkan sebagai biaya periode dan dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya, tidak diperhitungkan sebagai biaya pokok produksi. Dalam harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan perpesanan dengan menggunakan kartu harga pokok, yang merupakan rincian rekening control Barang Dalam Proses didalam buku besar.
Variabel costing menghendaki biaya klasifikasi berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan, maka akuntansi biaya produksi dan biaya nonproduksi dilakukan sebagai berikut :
1.      Biaya produksi variabel, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dicatat langsung pada saat terjadinya dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses, dank e dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
2.      Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan tariff yang ditentukan di muka dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses-biaya overhead pabrik, dan kedalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
3.      Biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi dengan petama kali mendebit rekening biaya oberhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir bulan, biaya overhead pabrik yqng sesungguhnya terjadi, yang didebitkan kedalam rekening Biaya overhead pabrik sesungguhnya, dianalisis untuk menentukan biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead tetap.
4.      Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama periode akuntansi tertentu ditutup ke rekening Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya untuk menghitung pembebanan lebih/kurang biaya overhead pabrik variabel.
5.      Biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum yang sesungguhnya terjadi pertama kali dicatat ke dalam rekening control Biaya Pemasaran atau Biaya Administrasi dan umum. Biaya pemasaran atau biaya biaya administrasi & umum dianalisis untuk menetukan biaya yang berperilaku variabel dan biaya yang berperilaku tetap.




F.     PERBEDAAN FULL COSTING DAN VARIABEL COSTING
Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :
1.      Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi  adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
2.      Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
3.      Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
4.      Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
5.      Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan.
6.      Dalam variabel costing, menggunakan istilah 
marjin kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
          Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dibagi menjadi 2 kelompo; biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada pemesan berdasarakan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan kepda produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Untuk mencatat biaya produksi, baik yang langsung maupun tidak langsung, di dalam buku besar disediakan rekening Barang Dalam Proses.
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya sesuai dengan spesifikasi pemesan, dan proses produksinya terputus-putus untuk memenuhi pesanan. Karakteristik kegiatan prusahaan ini menentukan karakteristik metode harga pokok pesanan yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi dalam perusahaan tersbut.
Dalam metode harga pokok pesanan, harga pokok produk ditentukan pada saat pesanan selsai diproduksi, sehingga biaya overhead pabrik harus dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
Variabel costing menggolongkan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Variabel costing dengan metode harga pokok pesanan, membebankan biaya overhead pabrik variabel kepada pesanan dengan menggunakan tarif yang ditentukan di muka.
A.    KRITIK DAN SARAN
Demikianlah makalah tugas rangkuman mata kuliah Akuntansi Biaya Bab Penentuan Harga pokok dengan Metode Harga Pokok Pesanan yang kami buat ini, kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas dimengerti, dan lugas. Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para ibu demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima dihati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya.
Daftar Pustaka
Anthony, Robert N, James S. Reece Accounting: Text and Cases. Edisi ke-7. Homewood Richard D. Irwin,inc, 1983.
Arnold, John, Thony, Accounting for Management Deccisions. Englewood Prentice/Hall Internasional, 1983.
Belkaoui, Ahmed. Cost Accounting:Multimedia Emphasis. Chicago:The Dryde Press, 1983

Fremgen, William L, “Responbility Accounting-A Basic Concept” Dalam Reading In Cost Accounting, Budgeting and Control, Ed. William E. Thomas, Jr. Edisi ke Cinncinnati: South-Western Publishing Co, 1978.